Pantai Madasari

air yg untuk konsumsi sehari2 diambil dari sumur masing2, namun apa daya, sampai skarang blm ada yg perduli dg hal ini. Sampai2 suatu saat sy pernah mengusulkan pada suatu partai untuk memperhatikan hal tersebut, minimal adanya transfer teknologi.

Hal tersebut ternyata membuat peluang usaha baru bagi daerah2 sekitar yg memiliki sumber air yg tidak terganggu. Mereka setiap beberapa waktu sekali ngider air isi ulang ke pelosok kampung. Hasilnya pun cukup lumayan. Namun, sbetulnya warga menginginkan

Selain dari sumber air tadi, sekarang ada sebuah kebiasaan baru dari warga, yaitu sudah mulai terbiasa dg air galonan, baik dg merk tertentu yg sudah terkenal maupun air isi ulang biasa. Air isi ulang biasa dibeli warga seharga Rp. 4 ribu / galon.

di satu dua sumber air yg terletak di dekat bukit di ujung kampung. Konon ceritanya sumber air itu tdk terkena air laut waktu tsunami. Jadi aman untuk dikonsumsi. Anehnya walaupun setiap hari warga berbondong2 ngambil air di sana, sumber air itu tdk sat.

Bahkan sampai sekarang, 2 tahun kemudian, sumur2 itu pun belum bisa dipakai utk air minum karna airnya masih 'hanta' & terasa masih keras ke kulit. Paling2 hanya dipakai utk mandi, cuci & kakus. Utk memenuhi kbutuhan air minum itu, warga harus ngantri

Sementara itu, separonya lagi msh utuh, ttapi sama2 tergenang gelombang tsunami dan penuh dgn sarah2 bangunan serta pepohonan. Sumber2 air bersih masyarakat yg berupa sumur pun tergenang oleh air tsunami. Sehingga smpai brbulan2 tak bisa dipake tuk mck

Di Pantai ini, 2 tahun yg lalu. Sebuah malapetaka besar terjadi.
45 orang melayang, ratusan rumah hancur, serta bangunan2 lainnya luluh lantak. Separo kampung Madasari habis rata dengan tanah, yang tersisa hanyalah fondasi2 rumah & bangunannya saja.