Kisah - Kisah Tsunami
Ahri (43 th), Madasari 002
Peresnya Pasir Bale Kambang
Waktu itu aku sedang ngadangdosan (membetulkan) perahu. Tidak melihat-lihat ke basisir. Teu karasa lini. Jongjon calik dina parahu. Tak lama kemudian baru kerasa rada ngagelenter. Nyileuk. Pek teh cai mapakan pasir (bukit) Panon Nyampay di sebelah kanan. Sementara di sebelah kiri kulihat pasir Bale Kambang peres oleh air laut. Selain itu, aku lihat juga tiga gelombang berurutan dan yang paling belakang lebih besar dari pada gelombang-gelombang sebelumnya.
Melihat air yang tiba-tiba itu, aku lari ke motor dan mesinnya saya nyalakan. Tapi sebelum berhasil lari menyelamatkan diri, ombak sudah mendapatiku dan akhirnya aku tergulung-gulung ombak bersama motor dan tiga perahu yang kebetulan sedang hanjat di sana. Aku tergulung-gulung kira-kira 50 – 60 meteran, sampai dekat saung lelang.
Tanpa di nyana pula, tiba-tiba aku sudah terlempar dan nyangsang di cagak Kai Janetan. Setelah aku menata diri, aku langsung turun dari pohon tersebut. Kulihat laut saat pisan. Teras aku naik ke Pasir Panon Nyampay. Ngarayap mapay leuweung, akhirnya sampai di perkampungan. Jarak ke perkampungan dari hanjatan kurang lebih 350 meteran. Kebetulan rumahku persis di kaki bukit panon nyampay di sebelah barat. Sehingga rumahku utuh tidak terkena air deras gelombang tsunami karena gelombang terhalang oleh bukit tersebut.
Di rumahku kudapati ternyata nenekku selamat. Akhirnya kugendong di bawa naik ke pasir sebelah panon nyampay.
Di perjalanan, kulihat Ki Abdul Hadi dan istrinya sedang di jalan raya sambil ngoyor terkena air laut. Ketinggian air kira-kira setinggi perut.
“Ki, kapasir ! Ieu mah lain cai biasa, cai tsunami…” kataku pada mereka. Merekapun naik ke pasir bareng dengan saya. Saya menyelamatkan diri ke Bunut merayap di perbukitan.
Kira-kira pukul 17.30 WIB aku kembali ke hanjatan untuk melihat motor yang sudah kutinggalkan beberapa jam yang lalu. Ternyata motorku masih utuh, tetapi sudah terbuntel dengan jaring. Ketika aku membersihkan motor dari jaring, kulihat ternyata air laut turun atau surut kira-kira 30 meteran. Dan Saya merasa takut. Akhirnya setelah selesai membersihkan motor dari jaring, motor aku bawa ke lembur (perkampungan).
Setelah selesai, aku mengungsi lagi ke tempat pengungsian di bukit belakang perkampungan. Jarak antara hanjatan sampai pengungsian kurang lebih 1,5 - 2 km.
No Response to "Kisah - Kisah Tsunami"
Posting Komentar